Langsung ke konten utama

Jika Ruang Berkreasi Dimatikan


Perlu diperhatikan bahwa dalam berkreasi dan berkesenian ternyata juga mempunyai ruang. Berikut pemahamaan mengenai ruang berkreasi dan akibat apabila ruang tersebut dimatikan.


Ruang berkreasi sangat berpengaruh bagi seniman

Dikutip dari  Kompas.com, Gubernur Bali juga mengakui bahwa ruang berkreasi sangat dibutuhkan oleh para seniman.
"Para seniman modern perlu ruang untuk berkreasi menyumbangkan kreativitas bakat karya. Mereka memiliki potensi yang besar, namun yang jadi persoalan mereka hanya memerlukan ruang, perlu kesempatan, tempat dan dana," ucapnya.
Ruang untuk berkreasi dan berekspresi dapat mempengaruhi karya para seniman Indonesia. Ruang tersebut adalah sebuah penerimaan dan dukungan dari para penikmat seni maupun masyarakat yang tentunya tidak bersifat menolak. Ruang berkreasi bagi seniman tersebut bukan hanya ruang untuk berkarya tetapi dapat berupa ruang promosi karya melalui berbagai elemen seperti gedung kesenian atau galeri.

Ruang berkreasi tak selamanya 'tidak terbatas'

Banyak yang mengatakan bahwa seni itu tak terbatas. Namun faktanya seni tak selamanya dapat menyatu dengan pola kehidupan, hal inilah mengapa seni itu sebenarnya masih bersifat terbatas. Sering kita merasakan galeri seni yang dipenuhi karya pun seakan ruang hampa yang dipenuhi benda mati, pengunjungnya lama kelamaan sepi dan tentunya merasa bosan. Dalam situasi seperti ini, seni pun hanya bersifat apa yang dilihat mata. Tetapi, bukankah menyenangkan apabila ada aktivitas diskusi dalam tempat kesenian dan menjadikannya sebagai sarana pembelajaran? Mengapa masyarakat juga enggan melirik kepada makna lain dari suatu karya dan tidak bersikap apatis? jawabannya, seni itu terbatas.


Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah jika ruang berkreasi dimatikan maka akan melemahkan karya seni seseorang? Atau justru sebaliknya dimana dari ruang berkreasi yang terbatas menjadikan seniman lebih imajinatif dalam berkreasi?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Kebudayaan dan Arsitektural Kampung Tenun Sulaa Kota Baubau

Saya masih mengingat betapa indahnya Kota Baubau dalam kunjungan pertama saya di bulan Juli 2019. Saat itu dalam event "Social Justice Youth Camp" tingkat SMA/SMK Se-Sulawesi Tenggara, kami menganalisis segala permasalahan yang ada utamanya di Desa Labalawa yang merupakan salah satu Kampung Adat dan daerah disekitarnya. Pada satu kesempatan, kami diajak berkeliling beberapa landmark Kota Baubau. Selain Benteng Keraton yang tentunya sangat terkenal, saya pun turut ikut mengunjungi salah satu destinasi, apakah kamu pernah mendengar tentang kampung tenun?  Yaa! saya berkunjung ke tempat tersebut dan memang sangat indah hehe. Desa Sulaa ini merupakan kawasan pesisir loh! Bahkan kita bisa melihat jernihnya air laut Kota Bau-Bau di depan mata. Terdapat 107 rumah, 50 mural yang sangat luar biasa serta puluhan perahu di sana, telah dicat warna-warni demi menyukseskan destinasi wisata Kampung Tenun Warna Warni Ini. Inilah yang menjadi keunikan dari Kampung Tenun Bau-Bau yaitu bagaima

SEJARAH ARSITEKTUR : Looking to the East, Discovering Sumba Traditional Architecture

    Sumba is one of three big islands of East Nusa Tenggara (Flores Island, Timor Island and Sumba Island). Sumba is widely known to have strong megalithic culture which can be seen to this day through the relics, such as stone tomb or sarcophagus, dolmen and menhir. The characteristic of settlement in Sumba village are the arranging of traditional houses in circular pattern surrounding the open space. In the open space, which is called as talora , Sumba people place the cemetery in form of sarcophagus then erect a dolmen on it as offering table. Sumba people place the cemetery in the settlement open spaces because of their belief on Marapu , the spirit  of ancestor and the dead.      The architecture of the Indonesian island of Sumba is to this day strongly based on vernacular traditions, which include buildings of rectangular layout, constructed from wood and bamboo with large, grass-thatched roofs. There are physical factors and non-physical factors that support the formation of the