Pada satu kesempatan, kami diajak berkeliling beberapa landmark Kota Baubau. Selain Benteng Keraton yang tentunya sangat terkenal, saya pun turut ikut mengunjungi salah satu destinasi, apakah kamu pernah mendengar tentang kampung tenun?
Yaa! saya berkunjung ke tempat tersebut dan memang sangat indah hehe. Desa Sulaa ini merupakan kawasan pesisir loh! Bahkan kita bisa melihat jernihnya air laut Kota Bau-Bau di depan mata. Terdapat 107 rumah, 50 mural yang sangat luar biasa serta puluhan perahu di sana, telah dicat warna-warni demi menyukseskan destinasi wisata Kampung Tenun Warna Warni Ini. Inilah yang menjadi keunikan dari Kampung Tenun Bau-Bau yaitu bagaiman konsep arsitektur rumahnya cukup nyentrik namun nyaman dipandang. Warna-warni nyatanya bukan sekadar pilihan warna, sebab terdapat cerita lisan dibaliknya. Jadi menurut catatan sejarah, tenun Buton sudah diperdagangkan sejak abad ke-14, dan keindahan warna dan coraknya tetap digemari hingga sekarang.
Dilihat dari sisi arsitekturalnya, bukan rahasia lagi bahwa kekayaan budaya Buton terdapat juga pada arsitekturnya. Di kampung ini sendiri kita bisa melihat arsitektur asli rumah adat Banua Tada. Rumah panggung ini memiliki tiang penyangga, lantai, dinding dan rangka yang terbuat dari kayu. Sebelum menjadi Kampung Tenun Warna-Warni, Desa Sulaa juga pernah loh dinobatkan sebagai tempat wisata tenun di kota Baubau.
Berkunjung ke tempat tersebut sejatinya bukan untuk berwisata atau sekad1ar jalan-jalan loh. Rupanya kita diharuskan menganalisa kondisi yang ada di daerah tersebut mulai dari sektor pendidikannya, kesehatan, sosial, dll. Yang cukup menantang yaitu karena kita baru sekali ke tempat itu, apalagi diri saya pribadi yang berasal dari Kota Kendari sehingga untuk itu kita diharuskan mendengar langsung jawaban dari masyarakat setempat terkait kondisi yang ada di daerahnya, bagaimana akses kesehatan, air bersih, juga pendidikan. Yang cukup mengejutkan yaitu kami mendapat fakta bahwa sangat sulit menjangkau sekolah dari kampung ini. Bahkan masyarakat setempat belum mengetahui bahwa di daerah lain sudah diterapkan sistem "zonasi" dalam memilih sekolah. Masyarakat daerah tersebut berpendapat bahwa ada baiknya sistem zonasi ini tidak diterapkan di Kampung Tenun Sulaa sebab hanya ada sedikit sekolah di daerah ini.
Namun dibalik kondisi ini, masyarakat setempat bisa menyikapi segala tumpang tindih dengan bijak, mereka juga tak merasa terbebani sebab mereka sudah sangat bangga dengan kebudayaan yang ada di tempat tersebut, dengan destinasi ini, kita dapat mengenal lebih jauh mengenai kain tenun Buton serta kebudayaan lokal lainnya.
Jangan pernah merasa lelah untuk mengembangkan potensi daerahmu, prinsipnya jika ada kamu, mengapa harus orang lain? Jika ada negara kita, mengapa harus negara lain?
Komentar
Posting Komentar